SERIBU BINTANG ORIGAMI
“Sudah berapa bintang dik?” pertanyaan
itu terus terngiang di benakku tak kala aku menyelesaikan misi terbesar dalam
hidupku. Potongan-potongan kertas origami itu terus ku rangkai menjadi suatu bentuk
butiran-butiran bintang kecil yang sangat berharga menurutku.
Origami, ya memang benar. Origami bagiku
adalah sebuah kertas yang mempunyai makna mendalam. Aku sangat menyukai kertas
origami. Origami membuatku berimajinasi tinggi mengingat seseorang yang penting
dan berharga dalam hidupku.
Ada sebuah mitos kuno yang mengatakan jika
kita membuat sesuatu menggunakan kertas origami sebanyak seribu buah maka
impian kita akan menjadi kenyataan. Beranjak dari mitos kuno itulah aku
bertekat memuat butiran bintang kecil yang jumlahnya seribu bintang. Aku yakin
seribu bintang akan membuat impian jadi kenyataan.
***
“Huft.., panas sekali rasanya”, gerutuku.
Teman macam apa sih dia? Pengen aku
menendang bokongnya, pengen aku tampar dia rasanya. Tak tahan aku melihat
kelakuannya yang makin hari makin menjadi-jadi. Tapi aku harus selalu berada
dalam koridor yang sewajarnya. Aku pasti bisa sabar menghadapi pengkhianatan
yang dia perbuat padaku. Aku yakin Tuhan tak tidur.
Aku berteman dengannya memang belum
begitu lama, sejak aku masuk ke salah satu organisasi di kampus aku sering
bersamanya. Melewati hari-hari berorganisasi bersamanya membuat warna baru yang
lumayan menyenangkan menurutku. Tak ada cacat yang terasa saat berteman
dengannya. Semuanya baik dan tak ada masalah. Aku tak pernah berburuk sangka
padanya. Aku selalu membangun kepercayaan kalau pertemanan yang aku jalani
dengannya akan berlangsung lama hingga jauh
hari nanti. Aku benar-benar menikmati pertemanan dengannya. Aku berharap
diapun merasakan hal yang sama denganku.
Jeje, begitulah aku memanggilnya.
Pemilik nama lengkap Jeniver Clarisha Stuart inilah yang menjadi teman pemberi
warna baru hidupku. Jeje memiliki paras wajah yang sangat indah, kulitnya putih
bersih, postur tubuhnyapun cukup untuk dikategorikan sebagai model kelas dunia.
Ditambah lagi dengan tahi lalat mungil di dagu yang membuat wajahnya semakin
istimewa. Tak heran kalau banyak senior-senior cowok dalam organisasiku yang
ingin mendekatinya. Aku nggak iri sih, tapi wajahku juga tak kalah istimewa.
Aku memiliki mata jernih yang bulat, orang- orang bilang mata indah itulah yang
membuat aku terlihat istimewa. Itu orang lain loh yag bilang, bukan aku. Aku
dan Jeje selalu bersama saat ngumpul di organisasi. Di mana ada aku pasti di
sanapun ada Jeje. Bahagianya selalu bersama, akur dalam tawa dan semangat.
***
Malam itu organisasiku mengadakan suatu
acara keakraban antara senior dengan junior. Aku ditunjuk untuk menjadi pembawa
acaranya. Penampilanku malam itu sangat mempesona. Aku menjadi topik
pembicaraan senior setelah membawakan acara itu dengan sangat baik. Dikarenakan
acaranya selesai sudah larut malam aku pulang diantar oleh Randi salah seorang
seniorku di organisasi tersebut. Sebelumnya aku tak pernah kenal dengan Randi,
selama perjalanan pulang itulah aku berkenalan dengan Randi. Kesan pertama yang
ku dapat dari perkenalan itu adalah bahwa Randi sangat humoris dan menyenangkan.
Entah apa yang merasuki ku hingga sepulangnya Randi mengantarku, aku
terbayang-bayang gelak tawanya.
Sejak malam itu aku jadi dekat dengan
Randi. Pendekatan demi pendekatan dilakukan Randi. Akupun merasakan kenyamanan
saat berada di dekatnya. Lambat laun akupun jadian dengan Randi. Bagiku Randi
adalah segalanya. Aku sangat menyayangi Randi. Aku selalu berharap hubungan
yang aku jalin dengan Randi akan bertahan lama. Banyak hal yang aku lewati
dengan Randi. Randi selalu berpesan kalau dia tidak akan pernah mencintaiku
seperti bintang karena bintang hanya ada saat malam hari. Dia akan mencintaiku
seperti udara karena udara akan membuatku hidup selamanya. Kata-kata itulah
yang selalu aku tanamkan dalam benak. Aku selalu percaya dengan perkataan
Randi. Randi tak akan mencintai ku seperti bintang.
***
“Eh..sepertinya aku mengenal kedua orang
yang berboncengan itu”, hatiku gemetar tak ingin melihat kenyataan yang
menyakitkan itu. Aku melihat kekasihku membonceng temanku sendiri Jeje. Badanku
terasa kaku menyaksikan semuanya, tapi aku tak mau berprasangka buruk. Aku
mencoba meyakinkan hati kalau hal tersebut hanya kebetulan dan tidak ada
apa-apa dibalik semuanya.
Diiringi rasa penasaran, curiga, dan
kebingungan aku menjalani hari-hari bersama Jeje. Aku takut untuk menanyakan
apa yang telah ku lihat sebelumnya. Ku berusaha untuk menyembunyikan rasa
penasaranku. Aku takut hubunganku akan rusak dengan Jeje hanya gara-gara
prasangka yang tidak benar itu.
Sejak aku menyaksikan hal yang
menyakitkan itu aku merasa perhatian Randi berkurang terhadapku. Aku merasa
Randi berubah. Aku selalu bertanya kenapa dia seperti itu tapi selalu tak
mendapat jawaban pasti. Randi bilang semua baik-baik saja, semua masih seperti
biasa. Karena rasa cinta yang amat mendalam terhadap Randi aku tidak
mempermasalahkan perubahan yang ku rasakan darinya. Aku mencoba untuk bersabar
dengan hal itu. Lambat laun perubahan sikap Randi kian terasa nyata. Aku sangat
bingung kenapa Randi bisa begitu, tapi aku hanya bisa selalu bersabar.
Hingga suatu hari aku menyaksikan lagi
kenyataan yang mungkin merupakan jawaban dari tanda tanya besar yang selama ini
aku simpan atas perubahan sikap Randi kepadaku. Jeje terlihat sangat mesra
berboncengan dengan Randi. Aku terdiam kaku tak bisa bergerak dan berkata
apa-apa, hanya mataku yang indah mengeluarkan tetesan air mata. Tersentak langsung pikiranku melayang kepada
janji yang sering diucapkan Randi kepadaku “aku tak akan mencintaimu seperti
bintang karena bintang hanya bersinar di malam hari, tapi aku akan mencintaimu
seperti udara yang akan membuatmu hidup selamanya”. Air mata yang membasahi
pipiku tiba-tiba berhenti, wajahkupun langsung berubah menjadi raut wajah penuh
dendam.
“Teman macam apa sih dia? Panas sekali
rasanya”, aku menggerutu dalam hati. Dendam pun muncul dipikiranku. Semua
kepercayaanku terhadap Jeje yang selama ini kubangun akhirnya runtuh seketika.
Aku bertekad kalau aku akan membalas semua pengkhianatan yang dia lakukan.
Mulai dari hari itu aku sangat membenci
bintang. Ternyata cintanya padaku adalah cinta seperti bintang. Ingin rasanya
aku merobek-robek wajah Jeje dan Randi yang telah menyakitiku. Aku menghukum
diriku sendiri. Aku selalu bertanya-tanya “Apa sih sebenarnya salahku?”. Apa
kurangnya aku. Segalanya telah ku berikan untuk Randi. Begitu juga Jeje. Aku
telah menganggapnya seperti saudara sendiri tak sangka dia sangat busuk,
perebut kekasih orang lain. Hatiku selalu berkoar-koar tak kala mengingat
penghianatan itu. Aku sangat membenci bintang.
***
Hari-hari ku lewati dengan penuh rasa dendam
dan kebencian. Tak kala melihat bintang hatiku selalu menggerutu. “Aku benci
bintang!!!” hatiku selalu meneriakkan
hal tersebut. Memang tak mudah bagiku untuk melupakan apa yang telah terjdi. Ssssst..hati
ku sering berbisik.
Telah lama waktu berlalu sejak tragedi
penghianatan itu. Aku tiba-tiba bejumpa seorang lelaki yang tak begitu saja ku
percayai untuk mendekatiku. Belajar dari pengalaman aku tak membiarkan diriku
untuk dengan mudahnya didekati dan mudahnya mempercayai sebuah kata-kata.
Dia mendekatiku dengan cara yang
berbeda. Dia memperkenalkan kertas origami padaku. Dia menceritakan mitos
tentang kertas origami. “Jika kita membuat sesuatu menggunakan kertas origami
yang jumlahnya seribu buah maka impian kita akan tercapai.” Mitos tersebut
seperti menghipnotisku. Bertolak pada pengalaman sebelumnya, aku tak akan
dengan mudah mempercayai kata-kata dari seseorang. Tapi entah kenapa mitos
tersebut langsung merasukiku. Pikiranku langsung terbang dan hatiku langsung
bertekad membuat sesuatu dari kertas origami.
Entah kenapa hatiku menuntun untuk membuat
suatu yang sangat ku benci menggunakan kertas origami tersebut. Aku membuat
bintang-bintang kecil nan cantik dari potongan kertas origami. Bintang-bintang
tersebut sangat indah sekali. Sesuai dengan tuntunan mitos yang diceritakan
seorang yang baru saja mendekatiku aku akan membuat seribu bintang dari kertas
origami. Dengan penuh harapan seribu bintang tersebut akan dapat mewujudkan
keinginanku. Keinginan yang selama ini tersimpan kuat di dalam hatiku, yaitu
membalas semua kesakitan yang diperbuat Jeje dan Randi kepadaku.
Perlahan-lahan aku menyelesaikan bintang
yang kali ini berubah menjadi sesuatu yang berharga dan berarti.
Bintang-bintang origami tersebut perlahan membuatku sedikit melunak dan kian
dekat dengan dia si pembawa mitos. Aku sudah tak segan lagi bercerita apapun
kepadanya, tak terkecuali cerita masa laluku yang menyakitkan itu. Aku
menceritakan semuanya dan dia selalu menuntunku untuk melimpahkan setiap
kemarahanku kepada setiap butir bintang yang ku rangkai menggunakan kertas
origami. Saat aku merasa marah maka aku akan malampiaskan kemarahanku terhadap bintang-bintang
origami, aku akan langsung membuat bintang dari kertas origami.
Setiap hari dia selalu menegurku dengan
menanyakan sudah berapa bintang yang telah ku selesaikan. Aku baru saja membuat
tiga belas bintang. Rasa malas tiba-tiba hinggap. Aku merasa tak mau
melanjudkan membuat bintang itu. Lagian dulu akukan benci dengan bintang.
“Sudah berapa biji dik? Ayo, masak hanya
segitu semangatmu. Lanjudkan dong bikin bintangnya. Ingat lo seribu bintang
origami akan mewujudkan impianmu”. Lagi-lagi mitos itu membuat semangatku
berkobar untuk menyelesaikan seribu bintang origamiku. Aku memasang niat lagi
untuk membuat bintang origamiku.
Saat aku membuat bintang yang keempat belas
aku disentak oleh kabar yang mengejutkan. Si pembawa mitos mengenai kertas
origami itu meninggal dunia. Hal tersebut sangat membuat aku terkejud dan
bersedih. Rasanya baru rasa aku mendapatkan seseorang yang dapat ku percaya
tetapi seseorang itu cepat sekali pergi meninggalkanku. Aku tak akan mau rugi,
aku menanamkan dalam hati ku kalau aku harus menyelesaikan seribu bintang
origamiku dengan impian dapat bertemu kembali dengan dia si pembawa mitos.
Keinginan awalku yang ingin membalas dendam terhadap pengkhianatan yang
dilakukan teman dan mantan kekasihku berubah menjadi ingin bisa bertemu lagi
dengan si pembawa mitos.
***
Sekarang bintangku telah berjumlah 61
buah, jalanku menuju impian semakin dekat. Tak sabar rasanya. Bintang-bintang
ini akan membawaku kepada impian yang akan segera terwujud.
“Sudah berapa bintang dik?” pertanyaan
itu terus terngiang dibenakku tak kala aku menyelesaikan bintangku. Seribu
bintang origami yang akan mewujudkan impianku. Impian untuk bertemu kembali
dengan dia si pembawa mitos. Aku yakin dan percaya semua akan terwujud. Seribu
bintang origami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar